Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia terus berupaya mencari keberadaan dan menyelamatkan 31.517 warga negara Indonesia yang berada di Jepang menyusul gempa serta tsunami yang melanda pesisir Pasifik Miyagi di pulau utama Honshu, Jepang.

"Kita segera menghimpun semua informasi secepat mungkin. Tentunya, ini berita yang sangat mengejutkan. Semoga keadaan tidak memburuk. Semua warga negara kita bisa dilindungi," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa ketika ditemui di komplek Istana Kepresidenan di Jakarta, Jumat.

Marty mengaku telah melaporkan situasi di Jepang kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut dia, presiden telah memerintahkan upaya penyelamatan secepatnya.

Data Kementerian Luar Negeri menyebutkan, 31.517 orang warga negara Indonesia berada di Jepang. Mereka sebagian besar berada di Tokyo sekitar 24 ribu orang, dan Osaka sekitar 6.700 orang.

Pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia, kata Marty, kesulitan melacak keberadaan mereka karena komunikasi di kawasan itu terputus.

"Komunikasi `down`, sulit menghubunginya," kata Marty.

Namun, Marty sempat berhasil menjalin komunikasi dengan pihak kedutaan. Menurut pihak kedutaan, kondisi di kawasan yang dilanda tsunami masih panik.

Marty telah memerintahkan staf KBRI untuk melacak keberadaan seluruh warga negara Indonesia. Pihak kedutaan sebenarnya memiliki data domisili setiap WNI. Namun perlu dipastikan apakah mereka berada di domisili atau sedang berada di tempat lain.

Dia belum bersedia menjelaskan apakah nantinya pemerintah Indonesia akan mengevakuasi WNI dari Jepang atau hanya akan melakukan upaya penyelamatan di tempat.

Marty berharap Jepang yang dikenal sebagai negara yang selalu siap menghadapi gempa dan tsunami bisa mengelola situasi dengan baik.

"Mudah-mudahan hal itu akan membantu mengurangi dampak negatif dari negara kita," katanya.