18 April 2011

Perompak Hidup Mewah dan Terdidik

Abdullah Sammy-republika.co.id

Buang jauh-jauh imajinasi Anda akan sosok Kapten Jack Sparrow, tokoh utama dalam film "Pirates of Carribean". Sosok Kapten Jack yang konyol, licik, dan urakan hanya merupakan penggambaran karakter tokoh bajak laut di layar lebar. Di samudera nyata, gambaran sosok bajak laut jauh berbanding terbalik dengan karakter yang diperankan Johnny Depp itu.

Begitupun mengenai afiliasi utama asal bajak laut. Karibia yang dilayar kaca jadi tajuk utama asal sang bajak laut, nyatanya menjadi perairan favorit bagi wisatawan untuk berpelesir. Di dunia nyata, afiliasi untuk mengidentifikasi asal bajak laut sekarang lebih tepat disandang oleh Somalia.

Bajak laut dari Somalia itu kerap disebut hantu di Teluk Aden. Ibarat hantu, sulit untuk mendapati jejak dari para perompak di lautan. Namun, kantor berita asal Inggris, BBC, coba melacak jejak dari para perompak Somalia hingga ke tanah asalnya. Pencarian awak BBC berakhir di sebuah kota bernama Eyl, ibu kota wilayah Puntland, Somalia.

Di kota yang terletak di pesisir Aden itu terhampar sejumlah kapal berbendera asing. Kapal tersebut bukanlah bersandar karena keperluan wisata atau bongkar muat barang. Hanya ada dua alasan bagi kapal asing merapat di Eyl. Pertama, mereka adalah tawanan perompak, dan yang kedua, mereka sedang mengadakan negosiasi untuk membebaskan sandera.

Sepintas agak sulit untuk membedakan warga biasa dengan kelompok bajak laut di Eyl karena nyaris tidak ada perbedaan ciri antara warga dan perompak. Sama halnya dengan warga, perompak pun mengenakan pakaian sipil. Namun, hal yang mempermudah menerka keberadaan kelompok perompak adalah tingkat sosialnya.

Sosok perompak Somalia sangat berbanding terbalik dengan karakter Jack Sparrow. Kesan terdidik melekat pada para bajak laut Somalia. Mereka sangat memahami teknologi. Maka, jika mendapati seorang warga Eyl dengan laptop di tangan, dapat dicurigai merekalah adalah perompak.

Presiden negara bagian Puntland, Adde Musa, mengungkapkan seorang bajak laut memiliki kekayaan yang jauh melebihi seorang presiden sekalipun. Dia tak sulit lagi menerka manakah kelompok perompak di Eyl. Caranya, cukup berkeliling kota.

Manakala mendapati rumah mewah dengan beraneka ragam kendaraan keluaran terbaru, itulah rumah perompak. "Kenyataan itu lebih dari benar. Angka kekayaan mereka lebih dari yang kita dapati secara kasat mata," ujarnya seperti dikutip BBC.

Ditaksir angka pendapatan para perompak mencapai 30 juta dolar AS per tahun. Angka didapat dari usaha perompakan kapal. Rata-rata per tahunnya, perompak Somalia menerima uang tebusan dari 10 kapal internasional. Angka ini masih dapat naik disebabkan jumlah kapal yang ditahan per tahun mencapai lebih dari 10.

Kucuran dolar yang didapat para perompak tak terlepas dengan terstrukturnya kelompok mereka. Tak hanya kelompok bajak laut yang beraksi di Teluk Aden, anggota perompak juga tersebar ke berbagai divisi di sejumlah wilayah.

Ada divisi khusus yang mengurusi masalah tawanan di darat. Umumnya, kapal hasil rompakan ditawan di suatu pulau terpencil. Dan salah satu divisi perompak itulah yang mengurusi keperluan tawanan mulai dari tempat tinggal hingga logistik.

Selain itu, bajak laut Somalia juga memiliki negosiator dan akuntan khusus yang berurusan langsung dengan perusahaan atau negara para tawanan. Perompak juga memiliki kaki tangan di sejumlah negara untuk memantau dan membuat propaganda di media.

Dengan struktur profesional dan tertata, tak heran sulit untuk memberantas para kawanan penjahat ini. Hal ini membuat pelik sejumlah negara yang warganya ditawan para perompak, termasuk Indonesia. Sejak disandera perompak pada 16 Maret 2011, pemilik Kapal MV Sinar Kudus, PT Samudera Indonesia Tbk, terus bernegosiasi dengan perompak terkait uang tebusan. Biaya yang diminta perompak fluktuatif, berkisar antara 2 juta dolar hingga 3 juta dolar AS.

Perwakilan perompak bahkan telah berbicara langsung di sejumlah media nasional tentang aksinya ini. Mereka mendesak agar tuntutan uang tebusan itu dikabulkan. "Selama itu, kami akan menjaga para tawanan," ujar pimpinan perompak yang mengaku bernama Sola.

Selain negosiasi, muncul pula opsi militer. Ada usulan jika TNI membebaskan para sandera dengan senjata. Namun, usaha ini tak mudah dilakukan. Seperti dikatakan Panglima TNI Agus Suhartono posisi kapal yang sudah dibawa hingga ke tepi pantai Somalia menyulitkan operasi pembebasan. Risikonya terlalu besar bagi awak kapal. Padahal, pemerintah telah mengirim kapal fregat dan pasukan khusus marinir serta kopassus ke sana.

Terlepas dari sejumlah opsi yang ada, keluarga sandera berharap pemerintah dan pemilik kapal dapat membebaskan sandera dengan selamat secepatnya. "Karena itu, kami juga terus berdoa kepada Allah SWT agar keluarga kami dapat segera dibebaskan tanpa kekurangan suatu apa pun," kata Joko Susilo, kakak dari Kapten Kapal MV Sinar Kudus, Slamet Jauhari, dalam perbincangannya dengan Republika.ed: budi raharjo

No comments:

Post a Comment